Filsafat Ilmu
Tugas Resume Perkuliahan Ketigabelas
Sabtu tanggal 04 Desember 2021
Dosen :
Ibu Dr. Fatrawati Kumari, M.Hum.
Nama : Marzuki Na’ma
NIM : 210211050114
HUBUNGAN ILMU DAN FILSAFAT IBNU RUSYD
A. Biografi Ibnu Rusyd
Nama lengkap Ibnu Rusyd (di Barat Averroes) adalah Abu Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 560 Hijriah dan dibesarkan dalam keluarga yang memberikan perhatian dan apresiasi besar pada ilmu pengetahuan dan tergolong masyhur di Kordoba.
Pada masa kecilnya Ibnu Rusyd telah mempelajari Al-Qur’an. Selain itu, dia juga mempelajari ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, hadis, fikih, dan sastra Arab. Dia merevisi dan menghafalkan buku Malikiyyah, Al-Muwattha yang dipelajarinya dari ayahnya, Abu Al-Qasim. Selain itu dia juga mempelajari ilmu matematika, fisika, asatronomi, logika, filsafat dan kedokteran.
Ibnu Rusy meninggal dunia dalam usia 75 tahun pada 19 Shafar 595 Hijirah/10 Desember 1198 Masehi di kota Marakesh, Maroko. Beberapa tahun setelahnya jenazah Ibnu Rusyd dipindahkan ke kampung halamannya Kordoba.
B. Karya-karya Ibnu Rusyd
Ibnu Ruysd Merupakan seorang pengarang yang produktif, hal itu dapat dilihat dari karya-karyanya yang menghabiskan seratus ribu lembar kertas. Salah satu kelebihan karya tulisnya adalah gaya penuturan yang mencakup komentar, koreksi dan opini sehingga lebih hidup dan tidak sekedar deskripsi saja. Namun pada saat ini karyanya sulit ditemukan, dan jika ditemukan sudah diterjemahkan kedalam Bahasa latin atau Hebrew (yahudi), bukan Bahasa aslinya yaitu, Bahasa Arab. Hal ini disebabkan tragedi yang menimpa Ibnu Rusyd Ketika diadili dan dibuang ke Lusenne di mana buku-bukunya yang mengandung filsafat dimusnahkan. Kemudian tragedy yang kedua dan lebih fatal adalah jatuhnya Andalusia ke tangan Ferdinant II dan Isabella. Jendral Ximenes, membakar buku berbau Arab, termasuk didalamnya buku-buku Ibnu Rusyd.
Ibnu Rusyd merupakan seorang filosof yang terkenal menentang Al-Ghazali. Dalam bukunya Tahafutut Al-tahafutut yang reaksi khsus menetang buku Al-Ghazali, Tahafutu Falasifah. Di dunia barat, karya Ibnu Rusyd yang paling terkenal adalah komentarnya atas karya-karya Aristotles. Berikut ini adalah beberapa karya-karya dari Ibnu Rusyd : Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid fi al-Fiqh, Kitab al-Kulliyat fi al-Thib, (Aturan Umum Kedokteran), dan Risalah fi Ta‟alluqi ‟ilmillahi an ‟Adami Ta‟aluqihi bil–juz‟iyyat.
Adapun karya Ibnu Rusyd yang sampai kepada kita sampai saat ini ada empat, yaitu :
1. Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid, (berisikan uraian-uraian di bidang fiqih)
2. Fash al-Maqal fi ma bain al-Hikmat wa al-Syari‟ah min al-Ittishal (Kitab ini berisikan tentang hubungan antara filsafat dengan agama/ilmu kalam).
3. Manahij al-Adillah fi Aqaaidi Ahl al-Millah (Ilmu Kalam).
4. Tahfut at-Tahafut. Suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan ilmu kalam, dan dimasukkan untuk membela filsafat dari serangan Al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah
C. Pemikiran Ibnu Rusyd.
1. Agama dan Filsafat.
Permasalahan agama dan filsafat bukanlah hal yang baru dalam pemikiran Islam, hasil pemkiran ini tidak bisa diterima begitu saja oleh Sebagian sarjana dan ulama islam. Hal ini berdasarkan raksi dari Al-Ghazali terhadap pemikira mereka seraya menyatakan jenis-jenis kekeliruan yang diantaranya dapat digolongkan sebagai pemikir sesat dan kufur.
Ibnu Rusyd tampil sebagai seorang yang membenarkan kesesuaian ajaran agama dengan pemikiran filsafat. Menurut Ibnu Rusyd, syara tidak bertentangan dengan filsafat karena filsafat itu pada hakikatnya tidak lebih dari bernalar tentang alam empiris sebagai dalil adanya pencipta.
2. Akal menurut Ibnu Rusyd
• Akal dan Jiwa
Ibnu Rusyd menyatakan bahwa manusai mempunyai dua gambaran, yaitu presfect (perasaan) dan concept (pikiran), dimana perasaan diperoleh dari pengalaman berasal dari materi. Ibnu Rusyd memberi perbedaan antara perasaan dan akal dan memisahkan pula antara pengetahuan akali (aqli) dengan pengetahuan indrawi (naqli).
• Akal dan Wahyu
Dalam membahas masalah akal dan wahyu Ibnu Rusyd menggunakan prinsip hubungan (Ittisal) yang dalam argumentasi-argumentasinya mencoba mencari hubungan antara agama dan filsafat. Argumentasi-argumentasinya adalah dengan:
Pertama, menentukan kedudukan hukum dari pada belajar filsafat. Menurutnya belajar filsafat adalah belajar ilmu tentang Tuhan, yaitu kegiatan filsosofis yang mengkaji dan memikirkan segala sesuatu yang wujud (al-mawjudat) yang merupakan pertanda adanya Pencipta (Sani„), karena almawjudat adalah produk dari ciptaan.
Kedua: membuat jastifikasi bahwa kebenaran yang diperoleh dari demonstrasi (alburhan) sesuai dengan kebenaran yang diperoleh dari wahyu. Di sini ia berargumentasi bahwa di dalam al-Qur‟an terdapat banyak ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk menggunakan akal untuk memahami segala yang wujud. Karena akal ini tidak lain dari proses berfikir yang menggunakan metode logika analogi (qiyas al-aqli), maka metode yang terbaik adalah metode demonstrasi (qiyas al-burhani).
3. Metafisika
• Dalil Wujud Allah
Dalam membuktikan adanya Allah, Ibnu Rusyd menolak dalil-dalil yang pernah dkemukakan oleh beberapa golongan sebelumnya karena tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Syara‟, baik dalam berbagai ayatnya, dan karena itu Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yang dipandangnya sesuai dengan al-Qur‟an dalam berbagai ayatnya, tidak saja bagi orang awam, tapi juga bagi orang-orang khusus yang terpelajar :
❖ Dalil Inayah (Pemeliharaan) Dalil ini berpijak pada tujuan segala sesuatu dalam kaitannya dengan manusia. Artinya, segala yang ada ini dijadikan untuk tujuan kelangsungan manusia. Pertama, segala yang ada ini sesuai dengan wujud manusia. Kedua, kesesuaian sudah pasti datang dari sang pencipta yang telah menghendaki demikian karena tidak mungkin persesuaian itu terjadi secara kebetulan.
❖ Dalil Ikhtiar (Penciptaan) Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan segala makhluk, seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan berbagai jenis hewan, tumbuhtumbuhan dan sebagainya. Menurut Ibnu Rusyd, kita mengamati benda 12 Ibid, hlm. 112-115 8 mati lalu terjadi kehidupan padanya, sehingga yakin adanya Allah yang menciptakannya. Demikian juga berbagai bintang dan falak di angkasa tunduk seluruhnya kepada ketentuannya.
❖ Dalil Gerak Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibnu Rusyd memandangnya sebagai dalil yang meyakinkan tentang adanya Allah seperti yang digunakan oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil ini menjelaskan bahwa alam semesta ini bergerak dengan suatu gerakan yang abadi. Gerakan tersebut menujukan adanya penggerak pertama yang tidak bergerak dan bukan benda, yaitu Tuhan
• Sifat-sifat Allah
Adapun pemikiran Ibnu Rusyd tentang sifat-sifat Allah berpijak pada perbedaan alam gaib dan alam realita. Untuk mengenal sifat-sifat Allah, Ibnu Rusyd mengatakan, orang harus menggunakan dua cara: tasybih dan tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak padadasar keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis memperbandingkan dua jenis ilmu itu.
4. Fisika
• Materi dan Forma
Dalam teori Aristoteles, ilmu fisika membahas yang ada (maujud) yang mengalami perubahan seperti gerak dan diam. Dari dasarnya itu, ilmu fisika adalah materi dan forma13. Menurut Ibnu Rusyd, bahwa segala sesuatu yang berada di bawah alam falak terdiri atas materi dan forma. Materi adalah sesuatu yang darinya ia ada, sedangkan forma adalah sesuatu yang dengannya ia menjadi ada setelah tidak ada.
• Sifat-sifat Jism, ada 4 macam :
❖ Gerak
❖ Diam
❖ Zaman
❖ Ruang
• Bangunan Alam
• Manusia
Dalam masalah manusia, Ibnu Rusyd juga dipengaruhi oleh teori Aristoteles. Sebagai bagian dari alam, manusia terdiri dari dua unsur materi dan forma. Jasad adalah materi dan jiwa adalah forma. Seperti halnya Aristoteles, Ibnu Rusyd membuat definisi jiwa sebagai “kesempurnaan awal bagi jism alami yang organis.”
• Kenabian dan Mukjizat
Allah menyampaikan wahyu kepada umat manusia melalui Rasul-Nya. Dan sebagai bukti bahwa orang itu Rasul Allah, ia harus membawa tanda yang berasal dari-Nya, dan tanda ini disebut mukjizat. Pada seorang Rasul mukjizat itu meliputi 2 hal, yang berhubungan dengan ilmu dan yang berhubungan dengan amal. Adapun mukjizat menurut Ibnu Rusyd ada dua macam, yaitu: pertama, mukjizat Al-Barraniy, ialah mukjizat yang diberikan kepada seorang nabi, tetapi tidak sesuai dengan risalah kenabiann-Nya, seperti Nabi Isa AS. dapat menghidupkan orang mati dan tongkat Nabi Musa a.s bisa menjadi ular. Kedua, mukjizat Al-Jawaniy, ialah mukjizat yang diberikan kepada seorang nabi yang sesuai dengan risalah kenabiannya, seperti mukjizat Al- Qur‟an bagi Nabi Muhammad SAW
• Politik dan Akhlak
Ibnu Rusyd mengatakan bahwa dalam Negara utama orang tidak memerlukan lagi kepada hakim dan dokter karena segala sesuatu berjalan secara seimbang, tidak lebih dan tidak berrkurang. hal ini karena keutamaan itu sendiri terkandung dalam dirinya keharusan menghormati hak orang lain dan melakukan kewajiban. Khusus tentang wanita, Ibnu rusyd sangat membela kedudukannya yang sangat penting dalam Negara. Pada hakikatnya, wanita tidak berbeda dengan pria pada watak dan daya kekuatan. Dan jikapun ada, maka itu hanya ada pada kuantitas daya dan pada beberapa bidang saja.
D. Tanggapan Ibnu Rusyd Terhadap Al-Ghazali
Ibnu Rusyd dikenal sebagai seorang filosof yang menentang Al-Ghazali, dimana Ibnu Rusyd menulis buku Tahafatut at-tahafut yang merupakan reaksi dari buku ALGhazali yang berjudul Tahafatut Falasifah. Dalam bukunya Ibnu Rusyd membela pendapat-pendapat dari filosof Yunani dan filosof muslim yang diserang oleh Al-Ghazali. Dalam bukunya Al-Ghazali melancarkan kritik terhadap para filosof dalam 20 masalah. Namun 3 dari 20 masalah tersebut menurut Al-Gahzali menyebabkan kekafiran, berikut ini tanggapan Ibnu Rusyd terhadap 3 masalah yang menyebabkan kekafiran Meurut Al-Ghazali.
1. Alam Kadim
Dalam pandangan Al-Ghazali, sesuai dengan keyakinan teolog muslim, alam diciptakan Allah dari tiada menjadi ada (al-ija min al-adam, creatio xe nihilo). Penciptaan dari tiadalah yang memastikan adanya pencipta. Yang ada tidak butuh kepada yang mengadakan. Justru itulah alam ini mesti diciptakan dari tiada menjadi ada. Sementara itu, menurut filosof muslim, alam ini kadim, dengan arti alam ini diciptakan dari sesuatu yang sudah ada. Menurut Ibnu Rusyd Al-Ghazali keliru menarik kesimpulan bahwa tidak ada seorang filosof muslim yang berpendapat bahwa kadimnya alam sama dengan kadimnya Allah, tetapi yang mereka maksud adalah yang berubah menjadi ada dalam betuk lain. Demikian pula dalam mengartikan arti qadim. Bagi kaum teolog Muslim qadim berarti sesuatu yang mempunyai wujud tanpa sebab sedangkan bagi kaum filosof Muslim, qadim berarti sesuatu yang kejadiannya dalam keadaan terus-menerus tanpa awal dan tanpa akhir. Dalam Fashl al-Maqäl, Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa perselisihan antara mereka tentang alam ini hanyalah perselisihan dari segi penamaan atau semantik. Lebih lanjut dikatakannya, mereka sepakat bahwa segala yang ada ini terbagi ke dalam tiga jenis :
a) Jenis pertama, wujudnya karena sesuatu yang lain dan dari sesuatu, dengan arti wujudnya ada Pencipta dan diciptakan dari benda serta didahului oleh zaman. Jenis ini adalah benda- benda yang dapat diketahui dengan indra, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, dan lainnya. Wujud ini mereka namakan dengan baharu.
b) Jenis kedua, wujudnya tidak karena sesuatu, tidak pula dari sesuatu dan tidak didahului oleh zaman. Wujud ini sepakat mereka namakan dengan kadim. la hanya dapat diketahui dengan bukti pikiran. la yang menciptakan segala yang ada dan memeliharanya. Wujud yang kadim inilah yang disebut dengan Allah.
c) Wujud yang ketiga ini adalah wujud di tengah-tengah antara kedua jenis di atas, yaitu wujud yang tidak terjadi berasal dari sesuatu, tidak didahului oleh zaman, tetapi terjadinya karena sesuatu (diciptakan). Wujud jenis ini adalah alam semesta. Wujud alam ini ada kemiripannya dengan wujud jenis yang pertama dan yang kedua. Dikatakan ia mirip dengan wujud ienis yang pertama karena wujudnya dapat kita saksikan lengan indra, dan dikatakan wujudnya mirip dengan jenis ang kedua karena wujudnya tidak didahului oleh zaman dan danya sejak azali. Oleh karena itu, siapa yang mengutamakan kemiripannya dengan yang baharu, maka wujud alam ini mereka sebut baharu, dan siapa yang mengutamakan kemiripannya dengan yang kadim, maka mereka katakan alam ini kadim. Sebenarnya wujud pertengahan (alam) ini tidak benar-benar kadim dan tidak pula benar-benar baharu. Sebab yang benar-benar kadim adanya tanpa sebab, dan yang benar-benar baharu pasti bersifat rusak.
2. Allah Tidak Mengetahi Perincian (parsial) yang Terjadi
Menurut Al-Ghazali, para filosof muslim berpendapat bahwa Allah tidak mengetahui yang parsial di alam. Untuk menjawab tuduhan ini, Ibnu Rusyd menegaskan bahwa Al-Ghazali salah faham sebab para filosof muslim tidak mengatakan demikian. Maksud para filosof adalah pengetahuan Allah tentang parsial di alam ini tidak sama dengan manusia. Pengetahuan Allah bersifat kadim. Allah mengetahui segala sesuatu di alam ini, betapun kecilnya yang terjadi. Pengetahuan Allah berbentuk sebab dan pengetahuan manusia berbentuk akibat. Menurut Ibnu Rusyd pengetahuan Allah tidak dapat dikatakan juz’i (parsial) dan kully (umum). Juz’i disini adalah yang ada dialam yang berbentuk materi dan materi hanya bisa ditangkap panca indra. Sedangkan kully bersifat abstrak, hanya dapat diketahui melalui akal. Allah sendiri benrsifat imateri (ruhani), dimana pada zatnya tersebut tidak terdapat panca indra untuk mengetahui yang parsial.
3. Kebangkitan Jasmani di Akhirat.
Menurut Ibnu Rusyd sanggahan Al-Ghazali terhadap para filosof Muslim, tentang kebangkitan jasmani di akhirat tidak ada, adalah tidak benar. Mereka tidak mengatakan demikian. Ibnu Rusyd menegaskan bahwa semua agama mengakui adanya hidup kedua di akhirat, tetapi mereka berbeda intrepretasi mengenai bentuknya. Ada yang berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan adalah jasmani dan rohani ada pula yang mengatakan haya rohani saja, namun yang jelas kehidupan akhirat berbeda dengan kehidupan yang ada didunia ini.
E. Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd ilmu pengetahuan dianggap sebagai "ilmu pengetahuan. sejati" apabila sudah mencapai tingkat ma'rifat (pengetahuan dan pengenalan) kepada Allah SWT dan seluruh ciptaannya yang ada di alam semesta secara esensial. Menurut Ibnu Rusyd ilmu pengetahuan sejati ini adalah tujuan utama syariat, yang tentunya disertai dan diiringi dengan pengamalanan yang benar. Sedangkan pengamalan ilmu pengetahuan adalah melakukan amal-amal perbuatan yang dapat mengantarkan sescorang pada kebahagiaan, dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengantarkan pelakunya pada kesengsaraan. kata lain, menurut Ibnu Rusyd, ilmu pengetahuan harus disertai amal perbuatan Dengan kebaikan yang mengantarkan seseorang pada kebahagiaan yang sejati. Menurut Ibnu Rusyd sumber pengetahun adalah :
1. Rasionalisasi dan filsafat, ini merupakan sumber ilmu pengetahun yang utama, bahkan wajib.
2. Realitas Objek Universal, pengetahuan lahir dan bersumber dari rasio dan proses filsafati terhadap objek real dilapangan.
3. Pengamatan dan penelaran hukum kausalitas universal, pada alam semesta ini terdapat hukum-hukum kausalitas yang bisa menjadi sumber pengetahuan manusia.
0 comments:
Posting Komentar