MATA KULIAH Sejarah Pemikiran Peradaban Islam |
DOSEN PENGAMPU 1. Prof. Dr. H. Fauzi Aseri, MA 2. Dr. H. M. Hanafiah, M.Hum
|
Perang Salib dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam
Fratiwi Rachmaningtyas
210211050110
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN
PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA
Tahun 2022
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan sejarah peradaban Islam tak lepas dari roda sejarah, dimana turun naik peradaban menggambarkan banyak hal baik dari politik, sosial, maupun ekonomi. Peradaban islam sejak masa Rasulullah, Kekhilafahan Umayyah, Abbasiyyah, serta Ustmaniyyah menghadapi beragam tantangan baik dari dalam bangunan pemerintahan maupun dari luar dinasti tersebut. Meluasnya daerah yang telah dibebaskan kaum muslimin tak ayal memunculkan interaksi dengan beragam latar belakang budaya, agama, serta kondisi sosial yang berbeda.
Pada masa kejayaan dunia islam di wilayah timur tengah bersinar, berkebalikan dengan kondisi wilayah barat yang masih terpuruk dalam era kegelapan / dark ages. Roda sejarah yang berputar disertai dengan fakta sejarah bahwa terdapat penyimpangan syariah, infiltrasi budaya, berakhir dengan runtuhnya beberapa dinasti dalam dunia Islam, dan mulai menggeliatnya dunia barat dengan revolusi industri / renaissance. Tulisan ini berupaya melihat bagaimana perang salib menjadi salah satu benang merah dalam roda peradaban islam dan Barat.
BAB II PEMBAHASAN
A. Awal Mula Perang Salib
Perang Salib yang merupakan tragedi umat Islam terbesar dalam sejarah yang menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik harta maupun jiwa, namun ada sisi positifnya yaitu pasukan Islam berhasil memantapkan penguasaannnya terhadap wilayah-wilayah yang dikuasainya dan mengusir pasukan salib serta memulangkan mereka dengan kekalahan.Tetapi itu semua tidak banyak manfaatnya bagi kaum muslimin karena wilayah-wilayah tersebut sudah lama mereka kuasai sebelum kedatangan pasukan salib. Adapun yang melatar belakangi timbulnya Perang Salib yaitu agama, politik, dan sosial serta ekonomi. Disamping itu, Perang Salib dapat dibagi tiga periodesasi yaitu; periode pertama yaitu periode penaklukan (1085-1144 M), periode kedua, yaitu periode reaksi umat Islam (1144-1192 M), periode ketiga, yaitu periode kehancuran Perang Salib (1192-1291 M).
Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp Arselam yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Prancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, dan kebencian itu bertambah setelah dinasti Saljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan ini sangat memberatkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaanberziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan Perang Salib.Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13. Perang Salib (1096-1291) terjadi sebagai reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M., dianggap sebagai pihak “penyerang”, bukan saja di Siria dan Asia kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia. Disebut Perang Salib, karena ekspedisi militer Kristen mempergunakan tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka sebagai simbol pemersatu untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis (Yerusalem) dari tangan orang-orang Islam dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.[1]
Penyebab utama Perang Salib adalah permintaan kaisar Alexius Comnesus kepada Paus Urban II pada 1095 untuk membantunya, karena kekuasaannya di Asia telah diserang oleh Bani Saljuk disepanjang pesisir Marmora.Serangan umat Islam tersebut mengancam kekuasaan Konstantinopel. Mungkin, Paus memandang permohonan itu sebagai kesempatan untuk meyatukan kembali gereja Yunani dan gereja Roma, yang sejak 1009 hingga 1054 mengalami perpecahan.
Paus Urban menyampaikan pidato pada tanggal 26 November 1095 di Clermont, bagian tenggara Prancis, dan memerintah orang-orang Kristen agar “Memasuki lingkungan makam Suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkan kembali kepada mereka”. Mungkin inilah pidato paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang yang hadir disana meneriakkan slogan Deus Vult (Tuhan menghendaki) sambil mengacung-acungkan tangan. Pada musim semi 1097, 150.000 manusia, sebagian besar orang Franka, Norman,dan sebagian lagi rakyat biasa menyambut seruan untuk berkumpul di Konstantinopel.
Pada saat itulah genderang Perang Salib disebut begitu karena salib dijadikan lencana pertama ditabuh. Klasifikasi dan pembagian Perang Salib ke dalam jumlah yang pasti, seperti tujuh sampai sembilan, merupakan klasifikasi yang tidak begitu memuaskan. Hal itu karena peperangan terus berlanjut, dan tidak ada batas yang jelas antara perang yang satu dengan perang berikutnya. Pembagiaan yang lebih logis bisa dimulai dari periode penaklukkan pertama sampai 1144, ketika Artabeg Zangi dari Mosul merebut kembali kota Ruha; kedua, masa ketika umat islam melakukan perlawanan gigih yang dimulai oleh Zangi, dan mencapai puncak kejayaan pada masa shalah al-Din (Saladin); ketiga, periode perang sipil dan perang kecil antara Dinasti Ayyubiyah Suria-Mesir dan Dinasti Mamluk di Mesir, yang berakhir pada 1291, ketika tentara Perang Salib kehilangan tanah pijakan di daratan Suriah
B. Periode Pertama Perang Salib (Periode Penaklukan)
Gerakan awal ini dipimpin oleh Pierre I’ ermite, sepanjang perjalanan menuju Konstatinopel, mereka membuat keonaran-keonaran seperti melakukan perampokan, dan bahkan terjadi bentrokan dengan penduduk Hongaria dan Bizinatum. Akan tetapi, pada akhirnya dengan mudah pasukan Salib ini dapat ditaklukkan oleh dinasti Saljuk, yang dipimpin oleh Killij Arslan dan Alp Arslan. Pasukan ini kembali ke Clermont.Masih dalam periode ini, Pasukan Salib berikutnya dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond.
Gerakan ini lebih merupakan ekspedisi militer yang sangat terorganisir dan tersusun dengan rapi. Sehingga, mereka bisa berhasil menaklukkan dan menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) pada tanggal 7 Juli 1099. Inilah ekspedisi yang menghasilkan kemenangan besar. Selain itu, kekejaman yang dipimpin oleh pasukan Godfrey ini melakukan pembantaian besar-besaran terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, baik anak-anak maupun orang tua. Banjir darah dan pembantaian terhadap kaum muslim mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Taktik para tentara Perang Salib ialah tidak membawa tawanan serta sebab berhasilnya perang salib pertama ini adalah ketidaktahuan para umat baik itu muslim, Kristen dan Yahudi di Yerusalem bahwa mereka datang untuk menyerang. Karena itulah para muslim tidak menyiagakan pasukannya.
Kemenangan yang diperoleh pasukan Salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam. Adapun bukti kemenangan tersebut adalah berdirinya kerajaan-kerajaan Latin-Kristen di wilayah bagian timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis yang berdiri pada tanggal 15 Juli 1099 di bawah pemerintahan raja Godfrey, kemudian di Edessa pada tahun 1099 di bawah kekuasaan Raja Baldwin, serta di wilayah Tripoli masih pada tahun 1099 di bawah kekuasaan Raja Reymond. Akibatnya, wilayah-wilayah kekuasaan Islam masa ini hampir sebagian besar di duduki oleh tentara Kristiani.
C. Periode Kedua (reaksi umat Islam)
Pada masa ini beberapa wilayah kekuasan Islam jatuh ke tangan tentara Salib, sehingga menyebabkan bangkitnya kembali kaum muslimin untuk menghimpun kekuatan besar yang diprioritaskan khusus menghadapi mereka. Di bawah komando sang panglima Imadddin Zangi, yang merupakan Gubernur Mosul, kaum musilimin serempak menyatukan langkah besar bergerak maju untuk membendung serangan dari pasukan Salib.
Alhasil, pada tahun 1144 M atas jerih payah dan semangat juang yang tinggi, tentara muslim berhasil merebut kembali tiga wilayah penting, yaitu Allepo, Hamimah dan Edessa. Hal ini merupakan salah satu kemengan besar tentara muslim. Akan tetapi, setelah Imaduddin Zangi (Imaduddin Zanki) wafat pada tahun 1146 M, posisinya digantikan oleh putranya, Nuruddin Zangi. Ia meneruskan cita-cita ayahnya yang ingin membebaskan negara-negara Islam di timurdari cengkraman kaum Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan masa putranya ini, antara lain Damaskus, Antiolia dan Mesir pada tahun 1149 M, dan pada tahun 1151 M, kemenangan yang sangat mengagumkan seluruh wilayah Edessa dapat direbut kembali dan dikuasai oleh tentara Islam.
Kejatuhan wilayah Edessa ini, menyebabkan kaum Kristiani mengobarkan Perang Salib kedua yang sesungguhnya. Kali ini, Paus Eugenius III menyerukan perang suci yang disambut sangat baik oleh Raja Perancis bernama Louis VII dan Raja Jerman bernama Condrad II. Kedua raja ini memimpin pasukan tentara Salib dengan rencana untuk merebut wilayah Kristen di Syiria. Akan tetapi, hal demikian sangatlah mudah bagi Nuruddin Zangi, kedua pasukan ini bisa dihalau dan mereka melarikan diri pulang ke negerinya.
Nuruddin Zangi wafat pada tahun 1174 M12, panglima perang selanjutnya berada dalam kekuasaan Shalahuddin Al-Ayyubi (saladin) yang berhasil mendidrikan Dinasti Ayyubiyah diMesir pada tahun 1175 M serta berhasil membebaskan Baitulmakdis pada tanggal 2 Oktober 1187. Bahkan, pada tahun 1187 M, peperangan yang di pimpin oleh panglima Shalahuddin Al-Ayyubi ini mengalami kemenangan besar dengan direbutnya kembali wilayah Yerussalem yang sebelumnya dikuasai oleh tentara Kristiani yang mendirikan kerajaan latin selama 88 tahun.
Keberhasilan umat Islam ini, sangat menyedihkan dan memukul perasaan tentara Salib. Akhirnya mereka kembali membangkitkan kaumnya untuk mengirim ekspedisi militer besar-besaran dan yang lebih kuat. Mereka menyusun rencana sebaik mungkin untuk menyerang sebagai balasannya. Ekspedisi ini diluncurkan pada tahun 1189 M yang dipimpin oleh raja besar Eropa, seperti Frederick I ( Frederick Barbarossa, Kaisar Jerman), Richard I (The Lion Hearted, Raja Inggris), serta Philip II ( Philip Agustus, Raja Perancis)14. Ekspedisi ini dilakukan pada tahun 1189 M.
Ekspedisi perang Salib ini dibagi beberapa divisi, sebagian menempuh jalur jalan darat dan sebagian lagi menempuh jalur laut. Frederick yang memimpin divisi jalur darat ini tewas ketika menyerangi sungai Armenia, dekat kota Ruba (Edessa). Sebagian tentaranya kembali, kecuali beberapa orang yang masih hidup melanjutkan perjalannya. Dua divisi lainnya yang menempuh jalur laut bertemu di Sisilia. Mereka berada di Sisilia hingga musim dingin berlalu. Richard menuju Ciprus dan mendudukinya di sana. Sedangkan Philip langsung ke Arce, dan pasukannya berhadapan dengan pasukan Saladin, sehingga terjadi pertempuran sengit.
Pihak Richard dan pihak Saladin sepakat untuk melakukan genjatan senjata dan membuat perjanjian. Perjanjian ini disebut dengan Shulh al-Ramlah. Inti dari perjanjian damai itu adalah bahwa umat Kristen yang akan berziarah ke Baitulmakdis akan terjamin keamanannya. Begitu juga dengan daerah pesisir utara, Arce dan Jaita berada di bawah kekuasaan tentara Salib.
D. Periode ketiga (perang saudara kecil-kecilan/periode kehancuran)
Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Raja Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil harus bersedia melepaskan Palestina. Raja Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan begitupun Frederick tidak diperbolehkan mengirim bantuan kepada Kristen yang berada di wilayah Syria.
Dalam perkembangan berikutnya, wilayah Palestina yang tadinya diserahkan kepada Raja Frederick kini dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247M, yakni pada masa pemerintahanal-Malik al-Shalih, penguasa Mesir pengganti al-Malik al-Kamil. Ketika Mesir dikuasai olehdinasti Mamalik, yang menggantikan posisi Daulah Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun.
Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini juga tidak berhenti di Barat, termasuk di wilayah Spanyol, sampai umat Islam habis terkikis dan terusir dari sana. Umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari pasukan tentara Salib, namun berbagai kerugian yang mereka derita begitu banyak. Sebab, peperangan semuanya itu terjadi diwilayah kekuasaan Islam. Diantara kerugian yang diderita oleh kaum muslimin adalah lemahnya kekuatan politik umat Islam serta banyak dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
E. Dampak perang salib.
Selama berlangsungnya Perang Salib, terjadi proses interaksi budaya Barat dan Timur. Interaksi di antara keduanya lebih banyak menguntungkan Barat ketimbang Timur. Aspek kebudayaan yang lebih banyak meliputi aspek seni, perdagangan dan industri dari aspek sastra maupun keilmuan.
1.Politik dan Budaya
Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi terpusat di Perancis,I nggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib. Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islams elama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa Perang Salib.
Pengalaman militer Perang Salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya.Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.
2.Perdagangan
Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi. terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur.
Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance diItali karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesin, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi. Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium. Tanah Byzantium adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204 M, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453 M. [2]
BAB III PENUTUP
Perang salib merupakan periode peperangan yang sangat panjang, kedua belah pihak mengalami kekalahan dan kemenangan silih berganti. Kondisi ini berdampak kuat pada beragam aspek kehidupan timur dan barat yang mencetuskan bibit revolusi industri
Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.
Daftar pustaka
Jati Pamungkas, Perang Salib Timur dan Barat: Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa, 2020.
Muhammad Yusuf, Faridah, Perang Salib; Sebab dan Dampak Terjadinya Perang Salib, STAI DDI, Kota Makassar, Jurnal staiddimakassar, 2018.
Mamdukh Budiman, Perang Salib (THE CRUSADE) Pengaruh dan Pemikiran terhadap Peradaban Islam, 2019.
0 comments:
Posting Komentar