Jumat, 25 Maret 2022

Perang Salib dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam

 

MATA KULIAH       

Sejarah Pemikiran Peradaban Islam           

DOSEN PENGAMPU

1. Prof. Dr. H. Fauzi Aseri, MA

2. Dr. H. M. Hanafiah, M.Hum

 

 

 

Perang Salib dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam

 

 

Fratiwi Rachmaningtyas

210211050110

 


 

 

 

 

 

 

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA

Tahun 2022

 

 

 

BAB I PENDAHULUAN

Perkembangan sejarah peradaban Islam tak lepas dari roda sejarah, dimana turun naik peradaban menggambarkan banyak hal baik dari politik, sosial, maupun ekonomi. Peradaban islam  sejak masa Rasulullah, Kekhilafahan Umayyah, Abbasiyyah, serta Ustmaniyyah menghadapi beragam tantangan baik dari dalam bangunan pemerintahan maupun dari luar dinasti tersebut. Meluasnya daerah yang telah dibebaskan kaum muslimin tak ayal memunculkan interaksi dengan beragam latar belakang budaya, agama, serta kondisi sosial yang berbeda.

Pada masa kejayaan dunia islam di wilayah timur tengah bersinar, berkebalikan dengan kondisi wilayah barat yang masih terpuruk dalam era kegelapan / dark ages. Roda sejarah yang berputar disertai dengan fakta sejarah bahwa terdapat penyimpangan syariah, infiltrasi budaya, berakhir dengan runtuhnya beberapa dinasti dalam dunia Islam, dan mulai menggeliatnya dunia barat dengan revolusi industri / renaissance. Tulisan ini berupaya melihat bagaimana perang salib menjadi salah satu benang merah dalam roda peradaban islam dan Barat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II PEMBAHASAN

A. Awal Mula Perang Salib

Perang Salib yang merupakan tragedi umat Islam terbesar dalam sejarah yang menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik harta maupun jiwa, namun ada sisi positifnya yaitu pasukan Islam  berhasil memantapkan penguasaannnya terhadap wilayah-wilayah  yang dikuasainya dan mengusir pasukan salib serta memulangkan mereka dengan kekalahan.Tetapi itu semua tidak banyak manfaatnya bagi kaum muslimin karena wilayah-wilayah tersebut sudah lama mereka kuasai sebelum kedatangan pasukan salib. Adapun yang melatar belakangi timbulnya Perang Salib  yaitu agama, politik, dan sosial serta ekonomi.  Disamping itu, Perang Salib  dapat dibagi tiga periodesasi yaitu; periode pertama yaitu periode penaklukan (1085-1144 M), periode kedua, yaitu periode reaksi umat Islam (1144-1192 M), periode ketiga, yaitu periode kehancuran Perang Salib (1192-1291 M).

Peristiwa penting  dalam  gerakan  ekspansi yang    dilakukan    oleh    Alp    Arselan    adalah peristiwa  Manzikart,  tahun  464  H  (1071  M). Tentara  Alp  Arselam  yang  hanya  berkekuatan 15.000   prajurit,   dalam   peristiwa   ini   berhasil mengalahkan   tentara   Romawi   yang   berjumlah 200.000   orang,   terdiri   dari   tentara   Romawi, Ghuz,  Al-Akraj,  Al-Hajr,  Prancis,  dan  Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan  dan  kebencian  orang-orang  Kristen terhadap    umat    Islam,    dan    kebencian    itu bertambah  setelah  dinasti  Saljuk  dapat  merebut Bait Al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti  Fatimiyah  yang  berkedudukan  di  Mesir. Penguasa  Saljuk  menetapkan  beberapa  peraturan bagi  umat  Kristen  yang  ingin  berziarah  ke  sana. Peraturan ini sangat memberatkan mereka. Untuk memperoleh  kembali  keleluasaanberziarah  ke tanah  suci  Kristen  itu,  pada  tahun  1095  M,  Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya   melakukan   Perang   Salib.Perang   ini kemudian  dikenal  dengan  nama  Perang  Salib.

Perang  Salib  adalah  gerakan  umat  Kristen di   Eropa   yang   memerangi   umat   Muslim   di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai  abad  ke-13.  Perang  Salib  (1096-1291) terjadi  sebagai  reaksi  dunia  Kristen  di  Eropa terhadap dunia Islam di Asia, yang sejak 632 M., dianggap sebagai pihak “penyerang”, bukan saja di Siria dan Asia kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia.  Disebut  Perang  Salib,  karena  ekspedisi militer  Kristen  mempergunakan  tanda  salib  pada bahu,  lencana  dan  panji-panji  mereka  sebagai simbol   pemersatu   untuk   menunjukkan   bahwa peperangan  yang  mereka  lakukan  adalah  perang suci dan bertujuan untuk membebaskan kota suci Baitulmakdis   (Yerusalem)   dari   tangan   orang-orang  Islam  dan  mendirikan  gereja  dan  kerajaan Latin di Timur.[1]

Penyebab utama Perang Salib adalah   permintaan   kaisar   Alexius   Comnesus kepada    Paus    Urban    II    pada    1095    untuk membantunya,   karena   kekuasaannya   di   Asia telah   diserang   oleh   Bani   Saljuk   disepanjang pesisir  Marmora.Serangan  umat  Islam  tersebut mengancam kekuasaan Konstantinopel. Mungkin,   Paus   memandang   permohonan   itu sebagai  kesempatan  untuk  meyatukan  kembali gereja  Yunani  dan  gereja  Roma,  yang  sejak 1009 hingga 1054 mengalami perpecahan.

Paus   Urban   menyampaikan pidato   pada tanggal  26  November  1095  di  Clermont,  bagian tenggara  Prancis,  dan  memerintah  orang-orang Kristen  agar  “Memasuki  lingkungan  makam Suci,   merebutnya   dari   orang-orang   jahat   dan menyerahkan kembali kepada mereka”. Mungkin inilah  pidato  paling  berpengaruh  yang  pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Orang-orang   yang   hadir   disana   meneriakkan slogan Deus  Vult (Tuhan  menghendaki)  sambil mengacung-acungkan  tangan.  Pada  musim  semi 1097,  150.000  manusia,  sebagian  besar  orang Franka,  Norman,dan  sebagian  lagi  rakyat  biasa menyambut seruan untuk berkumpul di Konstantinopel.   

Pada    saat    itulah    genderang Perang    Salib    disebut    begitu    karena    salib dijadikan lencana pertama ditabuh. Klasifikasi dan pembagian Perang Salib ke dalam jumlah yang pasti, seperti tujuh sampai sembilan, merupakan     klasifikasi     yang     tidak     begitu memuaskan.   Hal   itu   karena   peperangan   terus berlanjut,  dan  tidak  ada  batas  yang  jelas  antara perang   yang   satu   dengan   perang   berikutnya. Pembagiaan  yang  lebih  logis  bisa  dimulai  dari periode   penaklukkan pertama sampai   1144, ketika    Artabeg    Zangi    dari    Mosul    merebut kembali  kota  Ruha; kedua,  masa  ketika  umat islam  melakukan  perlawanan  gigih  yang  dimulai oleh  Zangi,  dan  mencapai  puncak  kejayaan  pada masa   shalah   al-Din   (Saladin);   ketiga,   periode perang   sipil   dan   perang   kecil   antara   Dinasti Ayyubiyah  Suria-Mesir  dan  Dinasti  Mamluk  di Mesir,  yang  berakhir  pada  1291,  ketika tentara Perang Salib kehilangan tanah pijakan di daratan Suriah

B. Periode Pertama Perang Salib (Periode Penaklukan)

Gerakan awal ini dipimpin oleh Pierre I’ ermite, sepanjang    perjalanan    menuju    Konstatinopel, mereka    membuat    keonaran-keonaran    seperti melakukan perampokan,   dan   bahkan   terjadi bentrokan    dengan    penduduk    Hongaria    dan Bizinatum.  Akan  tetapi,  pada  akhirnya  dengan mudah  pasukan  Salib  ini  dapat  ditaklukkan  oleh dinasti Saljuk, yang dipimpin oleh Killij Arslan dan Alp Arslan. Pasukan ini kembali ke Clermont.Masih  dalam  periode  ini,  Pasukan  Salib berikutnya  dipimpin  oleh  Godfrey,  Bohemond, dan  Raymond. 

Gerakan  ini  lebih  merupakan ekspedisi  militer  yang  sangat  terorganisir  dan tersusun   dengan   rapi.   Sehingga,   mereka   bisa berhasil  menaklukkan  dan  menduduki  kota  suci Palestina  (Yerusalem)  pada  tanggal  7  Juli  1099. Inilah  ekspedisi  yang  menghasilkan  kemenangan besar.  Selain  itu,  kekejaman  yang  dipimpin  oleh pasukan Godfrey   ini   melakukan   pembantaian besar-besaran     terhadap     umat     Islam     tanpa membedakan   laki-laki   dan   perempuan,   baik anak-anak  maupun  orang  tua.  Banjir  darah  dan pembantaian  terhadap  kaum  muslim  mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Taktik para tentara   Perang   Salib   ialah   tidak   membawa tawanan   serta   sebab   berhasilnya   perang   salib pertama  ini  adalah  ketidaktahuan  para  umat  baik itu  muslim,  Kristen  dan  Yahudi  di  Yerusalem bahwa  mereka  datang  untuk  menyerang.  Karena itulah para muslim tidak menyiagakan pasukannya.

Kemenangan   yang   diperoleh   pasukan Salib pada periode ini telah mengubah peta dunia Islam. Adapun bukti kemenangan tersebut adalah berdirinya   kerajaan-kerajaan   Latin-Kristen   di wilayah bagian timur, seperti Kerajaan Baitulmakdis  yang  berdiri  pada  tanggal  15  Juli 1099   di   bawah   pemerintahan   raja   Godfrey, kemudian  di  Edessa  pada  tahun  1099  di  bawah kekuasaan Raja Baldwin, serta di wilayah Tripoli masih pada tahun 1099 di bawah kekuasaan Raja Reymond. Akibatnya, wilayah-wilayah kekuasaan Islam masa ini hampir sebagian besar di duduki oleh tentara Kristiani.

C. Periode Kedua (reaksi umat Islam)

 Pada masa     ini     beberapa     wilayah kekuasan  Islam  jatuh  ke  tangan  tentara  Salib, sehingga    menyebabkan    bangkitnya    kembali kaum   muslimin   untuk   menghimpun   kekuatan besar   yang   diprioritaskan   khusus   menghadapi mereka.   Di   bawah   komando   sang   panglima Imadddin  Zangi,  yang  merupakan  Gubernur Mosul,  kaum  musilimin  serempak  menyatukan langkah besar bergerak maju untuk membendung serangan  dari  pasukan  Salib. 

Alhasil, pada tahun 1144  M  atas  jerih  payah  dan  semangat  juang yang   tinggi,   tentara   muslim   berhasil   merebut kembali   tiga   wilayah   penting,   yaitu   Allepo, Hamimah  dan  Edessa.  Hal  ini  merupakan  salah satu kemengan besar tentara muslim. Akan tetapi, setelah Imaduddin Zangi (Imaduddin Zanki) wafat  pada  tahun  1146  M,  posisinya digantikan  oleh  putranya,  Nuruddin  Zangi.  Ia meneruskan     cita-cita     ayahnya     yang     ingin membebaskan  negara-negara  Islam di timurdari cengkraman kaum Salib. Kota-kota yang berhasil dibebaskan    masa    putranya    ini,    antara    lain Damaskus,  Antiolia  dan  Mesir  pada  tahun  1149 M,  dan  pada  tahun  1151  M,  kemenangan  yang sangat   mengagumkan   seluruh   wilayah   Edessa dapat  direbut  kembali  dan  dikuasai  oleh  tentara Islam.

Kejatuhan wilayah Edessa ini, menyebabkan    kaum    Kristiani    mengobarkan Perang Salib kedua yang sesungguhnya. Kali ini, Paus  Eugenius  III  menyerukan  perang  suci yang disambut sangat baik oleh Raja Perancis bernama Louis  VII  dan  Raja  Jerman  bernama  Condrad  II. Kedua  raja  ini  memimpin  pasukan  tentara  Salib dengan rencana untuk merebut wilayah Kristen di Syiria.   Akan   tetapi,   hal   demikian   sangatlah mudah  bagi  Nuruddin Zangi,  kedua  pasukan  ini bisa dihalau dan mereka melarikan diri pulang ke negerinya.

Nuruddin  Zangi  wafat  pada  tahun  1174 M12,  panglima  perang  selanjutnya  berada  dalam kekuasaan Shalahuddin Al-Ayyubi (saladin) yang berhasil mendidrikan Dinasti Ayyubiyah diMesir pada  tahun  1175  M  serta  berhasil  membebaskan Baitulmakdis   pada   tanggal   2   Oktober   1187. Bahkan,  pada  tahun  1187  M,  peperangan  yang di pimpin oleh panglima Shalahuddin Al-Ayyubi ini    mengalami    kemenangan    besar    dengan direbutnya   kembali   wilayah   Yerussalem   yang sebelumnya  dikuasai  oleh  tentara  Kristiani  yang mendirikan   kerajaan   latin   selama   88   tahun.

Keberhasilan umat Islam ini, sangat menyedihkan   dan   memukul   perasaan   tentara Salib. Akhirnya mereka  kembali membangkitkan kaumnya untuk mengirim ekspedisi militer besar-besaran  dan  yang  lebih  kuat.  Mereka  menyusun rencana    sebaik    mungkin    untuk    menyerang sebagai   balasannya.   Ekspedisi   ini   diluncurkan pada tahun 1189 M yang dipimpin oleh raja besar Eropa, seperti Frederick I ( Frederick Barbarossa, Kaisar  Jerman),  Richard  I  (The  Lion  Hearted, Raja  Inggris),  serta  Philip  II  (  Philip  Agustus, Raja  Perancis)14.  Ekspedisi  ini  dilakukan  pada tahun 1189 M.

Ekspedisi    perang    Salib    ini    dibagi beberapa  divisi,  sebagian  menempuh  jalur  jalan darat  dan  sebagian  lagi  menempuh  jalur  laut. Frederick  yang  memimpin  divisi  jalur  darat  ini tewas  ketika  menyerangi  sungai  Armenia,  dekat kota     Ruba     (Edessa).     Sebagian     tentaranya kembali,   kecuali   beberapa   orang   yang   masih hidup    melanjutkan    perjalannya.    Dua    divisi lainnya  yang  menempuh  jalur  laut  bertemu  di Sisilia.  Mereka  berada  di  Sisilia  hingga  musim dingin   berlalu.   Richard   menuju   Ciprus   dan mendudukinya    di    sana.    Sedangkan    Philip langsung  ke  Arce,  dan  pasukannya  berhadapan dengan    pasukan    Saladin,    sehingga    terjadi pertempuran   sengit.  

Pihak   Richard   dan   pihak   Saladin sepakat  untuk  melakukan  genjatan  senjata  dan membuat    perjanjian.    Perjanjian    ini    disebut dengan Shulh   al-Ramlah.   Inti   dari   perjanjian damai  itu  adalah  bahwa  umat  Kristen  yang  akan berziarah     ke     Baitulmakdis     akan     terjamin keamanannya.  Begitu juga  dengan  daerah  pesisir utara,  Arce  dan Jaita  berada  di bawah kekuasaan tentara Salib.

D. Periode     ketiga     (perang     saudara     kecil-kecilan/periode kehancuran)

Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat   penjanjian   dengan   Raja   Frederick. Isinya  antara  lain  Frederick  bersedia  melepaskan Dimyat,   sementara   al-Malik   al-Kamil   harus bersedia  melepaskan  Palestina.  Raja  Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan begitupun Frederick tidak diperbolehkan mengirim bantuan kepada Kristen yang berada di wilayah Syria. 

Dalam  perkembangan  berikutnya, wilayah    Palestina    yang    tadinya    diserahkan kepada Raja Frederick kini dapat direbut kembali oleh  kaum  muslimin  pada  tahun  1247M,  yakni pada    masa    pemerintahanal-Malik    al-Shalih, penguasa   Mesir   pengganti   al-Malik   al-Kamil. Ketika   Mesir   dikuasai   olehdinasti   Mamalik, yang  menggantikan  posisi Daulah  Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun.

Demikianlah   Perang   Salib   yang   berkobar   di Timur.   Perang   ini juga   tidak   berhenti   di   Barat, termasuk di wilayah Spanyol, sampai umat Islam habis terkikis dan terusir dari sana. Umat    Islam    berhasil    mempertahankan daerah-daerahnya   dari   pasukan   tentara   Salib, namun   berbagai   kerugian   yang   mereka   derita begitu  banyak.  Sebab,  peperangan  semuanya  itu terjadi   diwilayah   kekuasaan   Islam.   Diantara kerugian   yang   diderita   oleh   kaum   muslimin adalah  lemahnya  kekuatan  politik  umat  Islam serta banyak dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan   diri   dari   pemerintahan   pusat Abbasiyah di Baghdad.

E. Dampak perang salib.

Selama     berlangsungnya Perang   Salib,   terjadi   proses   interaksi   budaya Barat  dan  Timur.  Interaksi  di  antara  keduanya lebih  banyak  menguntungkan  Barat  ketimbang Timur.  Aspek  kebudayaan  yang  lebih  banyak meliputi  aspek  seni,  perdagangan  dan  industri dari aspek sastra maupun keilmuan.

 

 

1.Politik dan Budaya

Perang  Salib  amat  memengaruhi  Eropa pada Abad  Pertengahan pada  masa  itu,  sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan,  akan  tetapi  pada  abad  ke-14,    perkembangan    birokrasi terpusat di Perancis,I nggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon.  Hal  ini sebagian   didorong   oleh  dominasi   gereja   pada masa awal perang salib. Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islams elama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan   dan   arsitektur   diserap   dari   dunia Islam ke dunia Barat selama masa Perang Salib.

Pengalaman  militer  Perang  Salib  juga  memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya,  kastil-kastil di  Eropa  mulai  menggunakan  bahan  dari  batu-batuan  yang  tebal  dan  besar  seperti  yang  dibuat di  Timur,  tidak  lagi  menggunakan  bahan  kayu seperti sebelumnya.Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap   sebagai   pembawa   budaya Eropa   ke dunia,  terutama  Asia.

Bersama  perdagangan, penemuan-penemuan  dan  penciptaan-penciptaan sains  baru  mencapai  timur  atau  barat.  Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan   di   universitas-universitas   Eropa yang    kemudian    mengarahkan    kepada    masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.

2.Perdagangan

Kebutuhan  untuk  memuat,  mengirimkan dan     menyediakan     balatentara     yang     besar menumbuhkan   perdagangan   di   seluruh   Eropa. Jalan-jalan   yang   sebagian   besar   tidak   pernah digunakan    sejak    masa pendudukan Romawi. terlihat  mengalami  peningkatan  disebabkan  oleh para   pedagang   yang   berniat   mengembangkan usahanya.  Ini  bukan  saja  karena  Perang  Salib mempersiapkan   Eropa   untuk   bepergian   akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. 

Hal  ini  juga  membantu  pada  masa-masa   awal   Renaissance   diItali karena   banyak negara-kota   di Itali yang   sejak   awal   memiliki hubungan     perdagangan     yang     penting     dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah   Suci maupun   kemudian   di   daerah-daerah bekas Byzantium.

Pertumbuhan    perdagangan    membawa banyak  barang  ke Eropa yang  sebelumnya  tidak mereka  kenal  atau  amat  jarang  ditemukan  dan sangat    mahal.    Barang-barang    ini    termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu  mulia,  teknik  pembuatan  barang  kaca  yang maju,  bentuk  awal  dari mesin,  jeruk,  apel,  hasil-hasil   tanaman   Asia   lainnya   dan   banyak   lagi. Keberhasilan  untuk  melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan kejatuhan  Kekaisaran  Kristen  Byzantium. Tanah Byzantium   adalah   negara   Kristen   yang   stabil sejak     abad     ke-4.     Sesudah     tentara     Salib mengambil  alih  Konstantinopel  pada  tahun  1204 M,  Byzantium  tidak  pernah  lagi  menjadi  sebesar atau  sekuat  sebelumnya  dan  akhirnya  jatuh  pada tahun 1453 M. [2]

 

BAB III PENUTUP

Perang salib merupakan periode peperangan yang sangat panjang, kedua belah pihak mengalami kekalahan dan kemenangan silih berganti. Kondisi ini berdampak kuat pada beragam aspek kehidupan timur dan barat yang mencetuskan bibit revolusi industri

Akibat yang paling tragis dari Perang Salib adalah hancurnya peradaban Byzantium yang telah dikuasai oleh umat Islam sejak Perang Salib keempat hingga pada masa kekuasaan Turki Usmani tahun 1453. Akibatnya, seluruh kawasan pendukung kebudayaan Kristen Orthodox menghadapi kehancuran yang tidak terelakkan, yang dengan sendirinya impian Paus Urban II untuk unifikasi dunia Kristen di bawah kekuasaan paus menjadi pudar.

 

 

 

 

 

 

Daftar pustaka

Jati Pamungkas, Perang Salib Timur dan Barat: Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa, 2020.

Muhammad Yusuf,  Faridah,  Perang Salib; Sebab dan Dampak Terjadinya Perang Salib, STAI DDI, Kota Makassar, Jurnal staiddimakassar, 2018.

Mamdukh Budiman,  Perang Salib (THE CRUSADE) Pengaruh dan Pemikiran terhadap Peradaban Islam, 2019.

 

 



[1] Perang Salib (THE CRUSADE) Pengaruh dan Pemikiran terhadap Peradaban Islam, Mamdukh Budiman, 2019

[2] Perang Salib; Sebab dan Dampak Terjadinya Perang Salib,Muhammad Yusuf,  Faridah, STAI DDI, Kota Makassar, Jurnal staiddimakassar

Ditulis Oleh : Marzuki Na'ma, S. Kom // Maret 25, 2022
Kategori:

0 comments:

Posting Komentar

 

Wikipedia

Hasil penelusuran

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.