Minggu, 14 November 2021

Filsafat Ilmu (Pertemuan Sepuluh)

 

Filsafat Ilmu

Tugas Resume Perkuliahan Kesepuluh

Sabtu tanggal 12 November 2021

 

Dosen :

Ibu Dr. Fatrawati Kumari, M.Hum.

 

Nama               : Marzuki Na’ma

NIM                  : 210211050114

 

 

 

HUBUNGAN ILMU DAN FILSAFAT AL-KINDI

 

Dalam filsafat Islam ada Al-Kindi yang merupakan filosof muslim pertama yang menyusun pemikiran Filsafat Islam dengan sistematika yang jelas. Pemikiran filsafat Al-Kindi merupakan refleksi doktrin-doktrin yang diperolehnya dari sumber-sumber Yunani klasik dan warisan Neo Platonis yang dipadukan dengan keyakinan agama Islam.

A.     biografi Al-Kindi

Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq Ibnu Sabbah Ibnu Imran Ibnu Ismail bin Muhammad bin Al-Ash'ats bin Qais Al-Kindi. Ayahnya adalah Gubernur Basrah pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah, Al-Hadi (169-170 H/785-786 M) dan Harun Ar-Rasyid (170-194 H/786-809 M). Al-Kindi dilahirkan di Kufah. Ia memperoleh pendidikan masa kecilnya di Basrah, tetapi tumbuh dewasa dan meninggal di Baghdad.

B.     Filsafat dan pemikiran Al-Kindi

1.      Falsafah ketuhanan

           Al-Kindi merupakan filsuf Islam pertama yang menggagas bukti rasional-filosofis tentang Tuhan. Ia menunjukkan eksistensi Tuhan melalui argumentasi kebaruan atau dalil al-hudust. Menurut Al Kindi, alam semesta, betapa pun luasnya, ialah terbatas dan segala yang terbatas tidak mungkin tidak mempunyai awal yang tidak terbatas. Dengan kata lain, alam mesti mempunyai titik awal dalam waktu. Betapapun jauhnya ia dirunut ke belakang, ia harus mulai dalam titik temporak tertentu, dan tidak mungkin surut ke belakang secara tak terhingga atau tasalsul (rentetan yang tiada akhir).

 

2.      Falsafah jiwa dan akal

           Al-Kindi mendefenisikan jiwa sebagai;“Kesempurnaan awal bagi fisik yang bersifat alamiah, mekanistik, dan memiliki kehidupan yang energik, atau kesempatan fisik alami yang mempunyai alat dan  mengalami kehidupan”. Defenisi ini merupakan defenisi yang digagas Aristoteles.  Selain menerima defenisi yang digagas Aristoteles, Al-Kindi juga menyebutkan defenisi yang ditengarai bersumber dari Plato dan Plotinus, yakni sebagai “elemen yang mempunyai kehormatan, kesempurnaan, berkedudukan luhur, dan substansinya berasal dari substansi Sang Pencipta”. Defenisi ini oleh Al-Kindi dialamatkan pada jiwa rasional yang disebutnya dengan al-Nafs al-Nathiqah.  Menurutnya, jiwa ini merupakan substansi yang bersifat ilahi, rabbani dan berasal dari Cahaya Pencipta, substansi sederhana yang tidak fana, substansi yang.

3.      Falsafah Roh

           Kaum filosof Muslim memakai kata jiwa (al-nafs) pada apa yang diistilahkan al-Qur’an dengan al-Ruh.  Ruh merupakan suatu wujud sederhana, dan zatnya terpancar dari Sang Pencipta, persis   sebagaimana  sinar  terpancar  dari  matahari.  Ruh bersifat spiritual, ketuhanan, terpisah dan berbeda dari tubuh. Hubungan roh   dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari.

 

 

 

 

Terima kasih.

0 comments:

Posting Komentar

 

Wikipedia

Hasil penelusuran

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.